May 12, 2025 | admin

Bocah 7 Tahun Jago Coding, Perusahaan Raksasa Mulai Melirik

Bocah 7 Tahun Jago Coding, Perusahaan Raksasa Mulai Melirik

Di tengah maraknya tantangan dunia pendidikan dan teknologi, muncul sosok inspiratif yang tak disangka-sangka: seorang bocah berusia 7 tahun asal Bandung, Indonesia, yang mahir membuat aplikasi mobile dan website secara mandiri. Ia bahkan telah membuat tiga aplikasi edukasi yang bisa digunakan di Android. Hebatnya lagi, perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft disebut sudah mengirimkan undangan kolaborasi!

Siapa Bocah Ajaib Ini?

Namanya Rafif Aditya, atau biasa dipanggil Rafi. Sejak usia 5 tahun, ia sudah menunjukkan minat kuat terhadap komputer. Awalnya, Rafi hanya suka bermain game di tablet milik ibunya. Tapi ketika melihat kakaknya belajar coding di laptop, rasa ingin tahunya tumbuh. Ia mulai mencoba-coba HTML dan Scratch, lalu beralih ke Python dan JavaScript di usia 6 tahun.

Orang tuanya mengaku kaget ketika Rafi memperlihatkan proyek pertamanya—sebuah game edukasi mengenal huruf dan angka, lengkap dengan animasi dan suara. “Awalnya kami pikir cuma main-main. Ternyata dia benar-benar bikin dari nol,” ujar sang ayah.

Portofolio Digital yang Bikin Kagum

Hingga kini, Rafi sudah membuat tiga aplikasi sederhana:

  1. Belajar Angka & Huruf (Android)

  2. Mini Game Matematika untuk SD

  3. Website Pengingat Sholat & Doa Anak

Semua dibuat dengan antarmuka menarik dan ringan dijalankan di perangkat kelas bawah. Aplikasi-aplikasi ini sudah diunduh ribuan kali dan mendapatkan rating hampir sempurna di Play Store.

Kreativitas dan ketekunan Rafi pun menarik perhatian komunitas developer, bahkan sejumlah perusahaan teknologi besar.

Google & Microsoft Kirim Undangan?

Menurut informasi yang beredar, Google Developer Indonesia telah menghubungi orang tua Rafi untuk mengajak sang bocah bergabung dalam program Google Kids Innovators. Microsoft Asia Pacific juga disebut tertarik menjadikan Rafi sebagai bagian dari duta pembelajaran teknologi anak di Asia Tenggara.

Meski belum ada keputusan final, undangan ini tentu membuktikan betapa besar potensi anak Indonesia jika diasah sejak dini.

“Rafi bukan sekadar anak pintar teknologi, tapi punya imajinasi yang luar biasa. Itu kombinasi yang sangat langka,” ujar salah satu mentor coding yang pernah menilai proyek Rafi dalam lomba online.

Dunia Pendidikan Harus Siap Beradaptasi

Kisah Rafi menjadi tamparan lembut bagi sistem pendidikan konvensional. Di usianya yang masih SD, ia sudah melewati kurikulum teknologi sekolah dan bahkan memahami logika pemrograman tingkat lanjut.

Pakar pendidikan menyebut fenomena ini sebagai “anak digital-native super cepat.” Artinya, anak-anak generasi sekarang mampu menyerap pengetahuan dengan kecepatan luar biasa jika difasilitasi dengan tepat.

“Saat sekolah masih mengajarkan PowerPoint dan Excel, anak-anak seperti Rafi sudah bicara soal API dan hosting,” ujar seorang pakar teknologi edukasi.

Harus Tetap Didampingi

Meski sudah sangat mahir di bidang coding, Rafi tetaplah anak kecil. Ia masih suka main bola, menggambar dinosaurus, dan takut petir. Orang tuanya menegaskan bahwa fokus utama tetap pada kebahagiaan dan tumbuh kembangnya.

“Kalau dia lelah, kami berhenti. Kami tidak ingin dia jadi mesin. Dunia coding itu menyenangkan, tapi Rafi tetap anak-anak yang butuh bermain,” jelas ibunya.

Masa Depan Anak Indonesia Punya Harapan Besar

Kisah Rafi menunjukkan bahwa potensi luar biasa bisa muncul dari mana saja, bahkan dari ruang tamu rumah biasa. Dengan internet, semangat belajar, dan bimbingan yang tepat, anak-anak Indonesia punya peluang besar untuk bersinar di kancah dunia.

Dan jika sekarang perusahaan raksasa sudah melirik bocah 7 tahun dari Bandung, maka pertanyaannya: siapa lagi yang akan menyusul?

Share: Facebook Twitter Linkedin